Situs ini terletak di jalan Siti Jenab, di bawah pohon beringin besar di pojok depan kantor pegadaian Cianjur. Berdasarkan cerita mata air ini digunakan sebagai sumber air utama pada masa-masa awal perkembangan kota Cianjur. Karena kadar air yang terjaga, bahkan saat musim kemarau menjadikan lokasi ini sebagai pusat kegiatan sosial masyarakat pada waktu itu, terutama bagi para penduduk koloni Belanda.
Keberadaan mata air ini cenderung lebih banyak dipergunakan dan dikuasai oleh orang-orang Belanda untuk kebutuhan mereka, oleh karena itu berkembang sindiran kepada orang Belanda terhadap perlakuan tersebut dengan menyebut istilah pangguyangan badak putih. Badak putih maksudnya adalah sebutan satir untuk penduduk koloni Belanda yang tinggal pada masa penjajahan di Cianjur.
Situs ini cukup dikenal oleh penduduk sekitar kota Cianjur, namun keadaannya saat ini cukup memprihatinkan. Karena lokasinya di tengah-tengah aktifitas pasar induk dan jalan raya, situs ini tidak terurus dan cenderung menjadi tempat pembuangan sampah. Hal ini sepatutnya mendapatkan perhatian dari pihak yang terkait dengan pengelolaan situs bersejarah, terutama yang berhubungan dengan perkembangan kota Cianjur.
Mata air yang lebih menyerupai sumur ini kini ditutup dengan struktur tembok beton dan dilapisi keramik. Lubang sumur masih dapat terlihat dari kolong tutup beton. Di sampingnya terdapat pohon beringin besar yang berusia ratusan tahun dengan diselingi beberapa pohon lain seperti mangga dan pohon nangka yang menambah rimbunnya lokasi situs.
Dongeng asal-usul pangguyangan badak putih dalam bahasa Sunda telah ditulis dan diterbitkan secara luas. Agar lebih jelas mengenai buku dongeng Cianjur tentang pangguyangan badak putih maupun dongeng-dongeng cianjur lainnya, silahkan klik website Perceka Art Centre.
Dongeng asal-usul pangguyangan badak putih dalam bahasa Sunda telah ditulis dan diterbitkan secara luas. Agar lebih jelas mengenai buku dongeng Cianjur tentang pangguyangan badak putih maupun dongeng-dongeng cianjur lainnya, silahkan klik website Perceka Art Centre.
Sebagai warga yang masih memiliki kepedulian terhadap nilai-nilai sejarah, kita memiliki tanggungjawab untuk menjaga kelestarian situs-situs kota semacam ini.